Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terletak di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkanik yang mengkhawatirkan. Pada 19 Agustus 2025, gunung yang masuk kategori aktif ini memuntahkan abu vulkanik setinggi hampir 18 kilometer ke udara. Erupsi besar ini tidak hanya menimbulkan ancaman bagi masyarakat di sekitarnya, tetapi juga berdampak luas pada jalur penerbangan domestik dan internasional.
Dampak Langsung: Jalur Udara Lumpuh
Abu vulkanik yang tebal memaksa sejumlah maskapai membatalkan sedikitnya 24 penerbangan dari dan menuju Bali serta Nusa Tenggara. Bandara I Gusti Ngurah Rai bahkan sempat mengurangi frekuensi penerbangan untuk menghindari risiko mesin pesawat tersumbat abu. Kondisi ini menimbulkan efek domino, mulai dari terganggunya arus wisatawan hingga distribusi logistik yang tersendat.
Bagi masyarakat lokal yang mengandalkan jalur udara sebagai salah satu akses transportasi utama, gangguan ini jelas merugikan. Namun, keselamatan tetap menjadi prioritas utama sehingga langkah pembatalan dinilai wajar.
Zona Bahaya Diperluas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) segera menetapkan radius bahaya hingga 6 kilometer dari kawah. Warga yang tinggal di dalam radius tersebut diminta segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Selain ancaman abu vulkanik, potensi bahaya lahar dingin menjadi perhatian besar, terutama karena musim hujan diperkirakan akan segera tiba. Jika material vulkanik bercampur dengan air hujan, banjir lahar dingin dapat mengalir deras ke pemukiman dan lahan pertanian.
Respons Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Di tengah situasi darurat ini, semangat gotong royong kembali menjadi kekuatan utama masyarakat setempat. Warga bersama aparat desa, relawan, hingga lembaga kemanusiaan mulai mendirikan posko pengungsian dan dapur umum. Pemerintah daerah Flores Timur juga menyalurkan masker, tenda darurat, dan pasokan makanan bagi mereka yang terdampak langsung.
Sementara itu, sekolah-sekolah di kawasan rawan erupsi diliburkan sementara demi keselamatan anak-anak. Aktivitas ekonomi seperti pasar tradisional juga mulai sepi karena banyak warga memilih bertahan di rumah atau mengungsi.
Gunung yang Penuh Sejarah
Gunung Lewotobi Laki-Laki sejatinya bukan nama asing dalam daftar gunung aktif Indonesia. Bersama “pasangannya”, Gunung Lewotobi Perempuan, keduanya dikenal masyarakat sebagai simbol lokal yang sarat cerita rakyat. Namun, dalam catatan geologi, Lewotobi Laki-Laki cukup sering erupsi dengan tingkat ancaman yang bervariasi.
Peristiwa kali ini mengingatkan kembali bahwa Indonesia berada di Cincin Api Pasifik, jalur gunung api teraktif di dunia. Letusan gunung api memang kerap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di kepulauan nusantara, sehingga kesiapsiagaan harus selalu ditingkatkan.
Pentingnya Kesiapsiagaan Bencana
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki memberi pelajaran penting: bencana alam bisa datang tiba-tiba dan dampaknya meluas jauh melampaui wilayah asal. Tidak hanya masyarakat lokal yang harus siap, tetapi juga pemerintah pusat, maskapai penerbangan, hingga sektor pariwisata yang sangat bergantung pada kestabilan kondisi.
Kesiapsiagaan meliputi pembangunan infrastruktur tahan bencana, peningkatan kapasitas sistem peringatan dini, serta edukasi masyarakat tentang jalur evakuasi dan bahaya abu vulkanik. Edukasi sejak dini akan membantu masyarakat lebih tangguh menghadapi kondisi darurat.
Harapan di Tengah Krisis
Meski situasi saat ini penuh tantangan, pengalaman bangsa dalam menghadapi erupsi gunung berapi telah membentuk pola solidaritas yang kuat. Dari Merapi di Yogyakarta hingga Sinabung di Sumatera Utara, masyarakat Indonesia terbukti mampu bangkit kembali.
Erupsi Lewotobi Laki-Laki kali ini semestinya tidak hanya dilihat sebagai musibah, melainkan juga pengingat bahwa kita hidup berdampingan dengan kekuatan alam yang luar biasa. Dengan persiapan matang dan semangat kebersamaan, bencana ini dapat dilalui, dan kehidupan masyarakat bisa kembali pulih.